Senin, 04 Februari 2013

Sejarah Singkat Pecinta Alam
Unknown08.14 1 komentar



Sering kita mendengar dan menemui sekelompok manusia yang suka berpetualang di alam terbuka dengan membawa nama Pecinta Alam. Dan uniknya, nama tersebut, yakni pecinta alam hanya ditemui di Indonesia. Bukan dari segi bahasa, namun dari segi arti dan makna kalimat. Di Luar negeri sendiri mungkin lebih dikenal dengan nama Aktifis Lingkungan.

Konsep Pecinta Alam dicetuskan oleh Soe Hok Gie pada tahun 1964. Gie sendiri meninggal pada tahun 1969 karena menghirup gas beracun Gunung Semeru. Gerakan "Pecinta Alam" awalnya adalah pergerakan perlawanan yang murni kultur kebebasan sipil atas invasi militer dengan doktrin militerisme - patriotik. Perlawanan ini dilakukan dengan mengambil cara berpetualang dengan alasannya yakni :

"Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami. Kami katakan bahwa kami adalah manusia - manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi ( kemunafikan ) dan slogan - slogan. Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung." ( Soe Hok Gie - Catatan Seorang Demonstran )

Era pecinta alam sesudah meninggalnya Soe Hok Gie ditandai dengan adanya ekspedisi besar - besaran, dan era berikutnya ditandai dengan Era 1969 - 1974, merupakan era antara masa kematian Gie dan masa muncul munculnya Kode Etik Pecinta Alam .

Era ini menandai munculnya tatanan baru dalam dunia kepecinta - alaman, dengan diisahkannyaKode Etik Pecinta Alam ( KEPAI ) di Gladian IV Ujungpandang, 24 Januari 1974. Ketika itu di barat juga sudah mengenal suatu 'Etika Lingkungan Hidup Universal' yang disepakati pada 1972. Era ini menandakan adanya suatu babak monumental dalam aktivitas kepecintaalaman Indonesia dan perhatian pada lingkungan hidup di negara - negara industri. Lima tahun setelah kematian Gie, telah memunculkan suatu kesadaran untuk menjadikanPecinta Alam sebagai aktivitas yang teo - filosofis, beretika, cerdas, manusiawi / humanis, pro - ekologis, patriotisme dan anti - rasial.

Dalam Etika 'Etika Lingkungan Hidup Universal' Ada 3 etika yang merupakan prinsip dasar dalam kegiatan petualangan yaitu :

Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill noting but time. 

Dalam Kode Etik Pecinta Alam Indonesia, disebutkan :

- Pecinta Alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

- Pecinta alam Indonesia sadar bahwa pecinta alam sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.





PRINSIP DASAR PETUALANGAN DAN PECINTA ALAM



1. Dalam pelaksanaan kegiatan petualangan terdapat etika dan prinsip dasar yang sudah disepakati bersama. Etika dan prinsip dasar tersebut muncul sebagai rasa tanggung jawab kepada alam. Selain didukung dengan perlengkapan dan peralatan yang memadai, juga dalam petualangan mutlak diperlukan kemampuan yang mencukupi. Kemampuan itu adalah kemampuan teknis yang yang berhubungan dengan ritme dan keseimbangan gerakan sertaefisiensi penggunaan perlengkapan. Sebagai contoh, pendaki harus memahami ritme berjalan saat melakukan pendakian, menjaga keseimbangan pada medan yang curam dan terjal sambil membawa beban yang berat serta memahami kelebihan dan kekurangan dari perlengkapan dan peralatan yang dibawa serta paham cara penggunaannya.


2. Kemampuan kebugaran yang mencakup kebugaran spesifik yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, kebugaran jantung dan sirkulasinya, serta kemampuan pengkondisian tubuh terhadap tekanan lingkungan alam. Berikutnya, kemampuan kemanusiawian. Ini menyangkut pengembangan sikap positif ke segala aspek untuk meningkatkan kemampuan. Hal ini mencakupdeterminasi / kemauan, percaya diri, kesabaran, konsentrasi, analisis diri, kemandirian, serta kemampuan untuk memimpin dan dipimpin.

3. Seorang pendaki seharusnya dapat memahami keadaan dirinya secara fisik dan mental sehingga ia dapat melakukan kontrol diri selama melakukan pendakian, apalagi jika dilakukan dalam suatu kelompok, ia harus dapat menempatkan diri sebagai anggota kelompok dan bekerja sama dalam satu tim.

4. Tak kalah penting adalah kemampuan pemahaman lingkungan. Pengembangan kewaspadaan terhadap bahaya dari lingkungan spesifik. Wawasan terhadap iklim dan medan kegiatan harus dimiliki seorang pendaki. Ia harus memahami pengaruh kondisi lingkungan terhadap dirinya dan pengaruh dirinya terhadap kondisi lingkungan yang ia datangi.


Keempat aspek kemampuan tersebut harus dimiliki seorang pendaki sebelum ia melakukan pendakian. Sebab yang akan dihadapi adalah tidak hanya sebuah pengalaman yang menantang dengan keindahan alam yang dilihatnya dari dekat, tetapi juga sebuah resiko yang amat tinggi, sebuah bahaya yang dapat mengancam keselamatannya.



 PERSIAPAN SANGATLAH DIPERLUKAN !!


Bagi sebagian kita yang tidak menyukai kegiatan di alam, mendaki gunung adalah kegiatan yang sama sekali tak berguna. Selain akan mengalami kedinginan dan kelelahan yang sangat berat, resiko yang bakal dihadapi juga cukup besar. Sudah banyak cerita yang kita dengar adanya para pendaki gunung yang cidera parah bahkan tewas karena berbagai hal ketika mendaki gunung misalnya jatuh ke dalam jurang, mati kedinginan, ataupun tersesat. Namun bagi para petualang gunung ataupun para penikmat keindahan alam bebas, aktivitas ini sangat menyenangkan dan selalu di tunggu-tunggu. Bisa melihat hijaunya pepohonan, berjalan menyusuri  hutan rimba, berjalan melewati jurang yang terjal, menyeberangi sungai dan mendaki perbukitan dengan ditemani pemandangan alam yang sangat luar biasa.
Ada beberapa hal yang harus kita siapkan sebelum melakukan pendakian. Persiapan yang matang, akan mendatangkan hasil yang memuaskan: Jadi perencanaan harus benar-benar dipersiapkan dengan sebaik-baiknya, karena gagal dalam perencanaan berarti merencanakan gagal. Diantaranya adalah :


1. Persiapan fisik dengan olahraga.
Fisik yang kuat dibutuhkan dalam pendakian. Karena medan yang kita hadapi tak selamanya datar dan menurun. Alangkah baiknya bila kita berolahraga rutin sebelumnya. Yang paling gampang adalah dengan jogging minimal 30 menit dalam sehari. Ini untuk menjaga kebugaran tubuh kita. Biasakan tubuh untuk terus fit dan membiasakan menghadapi medan berat. Olahraga ini disesuaikan dengan kemampuan tubuh kita, jangan memaksakan.
2. Persiapan mental.
Dalam pendakian mental adalah hal yang sangat berpengaruh, karena jika mental baik, maka fisik pun akan mengikuti menjadi baik juga, tetapi bila tidak maka akan sebaliknya. Setiap pribadi padti memahami keadaan mental dirinya sendiri. Kesiapan mental pribadi juga akan sangat berpengaruh pada kondisi tim. Mental tidak siap, mungkin sebaiknya jangan memaksakan diri.
3. Mengecek keadaan tempat yang di tuju.
Ini salah satu bagian terpenting dari perencanaan perjalanan. Kita harus mencari informasi sebanyak mungkin tentang lokasi gunung, kondisi jalan yang akan dilewati, lamanya perjalanan, hingga penyediaan logistik yang akan dibawa yang dikaitkan dengan bujet yang harus disiapkan.
4. Mempersiapkan administrasi.
Jangan lupa kita harus mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju. Jangan lupa membawa kartu identitas. Di beberapa taman nasional, tanpa kartu identitas kita tak bisa masuk ke kawasan tersebut.
5. Mengecek kesiapan Ketrampilan dan Pengetahuan.
Setidaknya kita punya pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, pengetahuan survival serta cara pencegahan keadaan bahaya praktis (ilmu medik dasar).
6. Kenali teman perjalanan.
Kegiatan yang bersenang-senang seperti mendaki gunung bisa dilakukan dengan siapa saja. Terlebih lagi di negara ini, banyak organisasi dan komunitas bisa menjadi wadah untuk menyalurkan hobi yang satu ini. Kenalilah terlebih dahulu teman pendakian Anda. Satu nilai lebih bila ia atau mereka pernah lebih dulu mendaki gunung tersebut. Dengan begitu, Anda tak perlu khawatir tentang perjalanan mendaki gunung tersebut. Terbayangkan ketika kita berangkat dengan yang belum pernah naik gunung semua? Apa yang terjadi.
7. Mempersiapkan peralatan.
Berikut perlengkapan atau bekal wajib yang harus dibawa saat pendakian :


  • Carrier. Yang di gunakan untuk menampung seluruh perbekalan dan peralatan pendakian.

  • Matras. Fungsinya sebagai alas pada saat beristirahat. Bisa juga digunakan sebagai pelapis dalam, agar carrier terlihat lebih rapi dan nyaman digunakan.

  • Ponco/Jas hujan. Ini untuk antisipasi jika turun hujan saat pendakian. Sebab seringkali cuaca di gunung kurang bersahabat dan susah ditebak.

  • Kompor Portable+gas atau parafin dan nesting. Ini erat kaitanya dengan pemenuhan kebutuhan makanan selama mendaki. Karena dihutan kita gampang kelaparan. :D

  • Tenda. Ini digunakan untuk istirahat dalam waktu yang cukup lama agar bisa melindungi para pendaki saat terjadi hujan atau angin kencang. Biasanya dibawa pertim pendaki.

  • Sleeping Bag/kantung tidur. Alat ini berfungsi untuk menyelimuti pendaki saat tidur di gunung agar terhindar dari dinginnya cuaca pegunungan. Dan untuk kasus tertentu, bisa jadi pertolongan pertama ketika ada yang hipotermi.

  • Head lamp/senter/lampu badai. Kegiatan mendaki di malam hari bisa berjalan dengan lancar kalau kita punya alat penerangan yang dalam keadaan baik.

  • Kupluk, sarung tangan, kaos kaki tebal, dan sepatu khusus gunung. Tidak disarankan memakai sendal, apalagi sendal jepit. Dalam keadaan tertentu sendal gunung bisa digunakan juga.

  • Jaket. Tak perlu yang tebal, cukup yang bisa menahan dingin saja.

  • Pakaian ganti. ini untuk perjalanan pulang ataupun kalau pakaian yang kita pakai basah karena kehujanan. Sangat tidak disarankan memakai pakaian berbahan dasar jeans.

  • Alat-alat P3Kobat-obatan pribadi.

  • Alat mandi atau bersih-bersih, alat sholat. Di hutan kita akan menemukan rasa yang berbeda ketika beribadah atau shalat.

  • Beras, Makanan instan/kalengan, minuman mineral secukupnya. Tak perlu memindahkan semua makanan rumah kedalam tas, karena belum tentu akan kemakan dan hanya memberat-beratkan bawaan. Ketersediaan makanan yang cukup akan mampu memberikan energi yang cukup pula saat mendaki.

  • Golok tebas, pisau lipat, dan teropong.

  • Alat dokumentasi. Ini untuk mengabadikan setiap kejadian dan akan menambah keasyikan tersendiri ketika pulang dengan koleksi bertambah. Karena poto/video itu lebih berharga dari oleh-oleh apapun. 






In Category :
About The Author Ali Bajwa Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore. Magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Facebook and Twitter

1 komentar:

  1. MataJala (Pecinta Alam) Universitas Ma'arif Nahdlatul Ulama (UMNU) Kebumen. JL Kusuma No. 75 Kebumen, Jawa Tengah.
    Web: http://matajala.itumnu.com
    email: matajala@itumnu.com

    BalasHapus